Sabtu, 03 Oktober 2015

Manajemen Risiko


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kelompok 12 panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna Berkat dan Cinta Kasih-Nya kepada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Penyusunan Makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini, kami kelompok 12 membahas tentang Teknik – Teknik Manajemen Risiko.
Dalam kelompok kami membuat makalah ini, bahkan dalam usaha untuk menyusun makalah ini, kelompok kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan serta kebingungan untuk menyusun makalah ini, tetapi Puji Tuhan dengan kekompakan kelompok kami dan ada semangat untuk mampu menyelesaikan tugas kami sebagai mahasiswa sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik..
Akhir kata, kami kelompok 12 berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
                                                           


                                                                                    Tondano, 23 September 2015                                                                                                            Kelompok 12







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………..…………..  2

BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang……………………………………………..….… 3
2.      Tujuan……………………………………………………….....…3

BAB II PEMBAHASAN
A.    Alternatif Manajemen Risiko………………………………….….. 5
1.      Eksponsur Dan Pengendalian Manajemen Risiko…………..... 5
2.      Penghindaran Risiko…………………………………….….… 6
3.      Penahanan Risiko…………………………………………..…..7
4.      Pengalihan Risiko………………………………………….…. 9
B.     Keputusan Memilih Alternatif Manajemen Risiko…………….….11
C.     Pengendalian Risiko……………………………………….………13
1.      Teori Domino……………………………………………….... 13
2.      Rantai Risiko……………………………………………….…14
3.      Fokus Dan Timing Pengendalian Risiko………………….…..15
BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan…………………………………………………..… 17

DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.



Tujuan Pembuatan Makalah
·         Untuk mengetahui apa alternatif manajemen risiko
·         Untuk mengetahui keputusan memilih alternatif manajemen risiko
·         Untuk mengetahui pengendalian risiko.



BAB II
PEMBAHASAN
Teknik – Teknik Manajemen Risiko
Pak Joko baru saja membeli mobil BMW baru seri 7 yang berharga Rp1,5 miliar. Dia sangat khaatir jika terjadi sesuatu dengan mobil barunya, seperti kecelakaan yang bisa membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk perawatannya, atau dicuri yang membuat dia mengalami kerugian besar. Kemungkinan seperti itu kelihatannya tidak terlalu besar, karena dia sudah berhati-hati. Tetapi jika terjadi, kerugian yang akan ditanggung sangat besar. Pak Joko memutuskan untuk membeli asuransi yang mencakup pencurian dan kecelakaan.
PT.Kelana merupakan perusahaan taksi dengan armada taksi sekitar 200 mobil. Sebagai bagian dari operasi taksi, PT.Kelana menghadapi risiko seperti kecelakaan mobil, tabrakan kecil, pencurian bagian mobil(misal spion). PT.Kelana memutuskan untuk menahan atau menanggung risiko tersebut (risk retention). PT.Kelana memutuskan untuk tidak membeli asuransi untuk mengcover risiko tersebut. Sebagai gantinya, PT.Kelana mencadangkan dana sebesar tertentu secara periodik (1% dari total penjualan tahunan) yang bisa dipakai untuk mendanai kerugian jika risiko tersebut muncul (misal memperbaiki mobil yang rusak karena kecelakaan). PT.Kelana juga membuat aturan dan prosedur yang ketat untuk menekan kemungkinan munculnya risiko tersebut. Misal melalui training terhadap pengemudi taksi (memarkir di tempat yang aman , tidak boleh ngebut, dan sebagainya.
Jika suatu organisasi menghadapi risiko, alternatif apa saja yang bisa dilakukan oleh organisasi? Bab ini membicarakan beberapa alternatif untuk mengelola risiko. Ilustrasi di atas menunjukan beberapa alternatif pengelolaan risiko yang bisa diambil. Pak Joko memutuskan untuk membeli asuransi (mentransfer risiko ke pihak lain). Sementara PT.Kelana memutuskan untuk menanggung sendiri (menahan, atau risk retention) risiko yang dihadapinya. PT Kelana juga melakukan pengendalian risiko (risk control) melalui program pelatihan terhadap pengemudinya untuk mengurangi kemungkinan risiko tersebut.
Beberapa alternatif bisa dipilih untuk mengelola risiko yang dihadapi, yaitu :
1.      Pengihdaran risiko (Risk avoidance)
2.      Pengendalian risiko (Risk control)
3.      Penanggungan atau penahanan risiko(Risk retention)
4.      Pengalihan risiko (Risk transfer)


Organisasi bisa memilih salah satu alternatif tersebut atau menggabungkan beberapa alternatif di atas. Jika memilih untuk menggunakan beberapa alternatif, maka organisasi harus menentukan kombinasi alternatif pengelolaan risiko yang optimal.

A.    Alternatif Manajemen Risiko

1.      Eksponsur Risiko Dan Pengendalian Manajemen Risiko
Pengendalian risiko mempunyai peranan penting dalam manajemen risiko. Eksposur terhadap risiko yang tinggi, jika diimbangi dengan pengendalian risiko yang baik, akan mengurangi atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Hasil Penilaian Predikat
Risiko Komposit
Risiko Inheren
Low
Moderate
High
Sistem
Pengendalian
Risiko
Wenk
Low to
Moderate
Moderate to high
High
Acceptable
Low
Moderate
High
Straig
Low
Moderate to
Low
High to
moderate

Tabel di atas nenunjukkan bahwa profil risiko ditentukan oleh dua hal :
1.      Risiko Intern, dan
2.      Sistem pengendalian risiko
Sebagai ilustrasi, misalkan ada perusahaan Indonesia yang begerak di bidang konstruksi (kontraktor). Perusahaan tersebut ditawari pekerjaan di Irak (TAHUN 2008, Irak masih di bawah pendudukan Amerika Serikat, banyak serangan bom dari pemberontak). Bagaimana evaluasi eksposur risiko tersebut? Risiko inheren yang dihadapi perusahaan tersebut, jia beroperasi di Irak, adalah sangat besar. Mereka bisa kena serangan bom, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu risiko inheren perusahaan tersebut masuk dalam kolom High. Bagaimana dengan sistem pengendalian risikonya? Sebagai perusahaan kontraktor yang tidak mempunyai pengalaman dalam perang atau menghadapi serangan bersenjata, sistem pengendalian risiko perusahaan tersebut bisa dikatakan lemah (baris pertama). Gabungan dari risiko inheren tinggi dengan sistem pengendalian risiko rendah menghasilkan profil risiko yang tinggi. Untuk perusahaan tersebut, strategi yang optimal barangkali tidak mengambil tawaran tersebut.
            Sebagai ilustrasi lain, misal ada perusahaan keamanan profesional dari Amerika Serikat, yang juga menyediakan jasa tentara bayaran. Perusahaan tersebut memperoleh tawaran pekerjaan di Irak. Bagaimana evaluasi terhadap profil risiko tawaran tersebut? Sama seperti di atas, risiko inheren yang dihadapai oleh perusahaan tersebut sangat besar. Mereka bisa kena serangan bom setiap saat. Bagaimana dengan sistem pengendalian risikonya? Karena perusahaan keamanan yang profesional, mempunyai tentara bayaran yang terlatih, sistem pengendalian mereka terhadap risiko perang cukup baik. Misalkan sistem pengendalian risiko mereka masuk dalam kategori strong (kuat). Gabungan dari risiko inheren yang tinggi dengan sistem pengendalian risiko yang kuat adalah profil risiko moderate in high. Strategi yang optimal barangkali adalah mengambil tawaran tersebut, dan memperoleh keuntungan dari tawaran tersebut. Risiko yang dihadapi sangat tinggi, tetapi pengendalian risiko yang kuat bisa mengoptimalkan profil risiko yang dihadapi.

2.      Penghindaran Risiko
Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan tanpa ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Misalkan saja perusahaan mempunyai dua pilihan untuk gudangnya, satu di daerah rawan banjir, yang lainnya di daerah aman banjir. Jika segala sesuatunya sama (misal harga sewanya sama), perusahaan seharusnya memilih gedung yang di daerah aman banjir. Dalam kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari. Perusahaan secara sengaja melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk memperoleh keuntungan. Dalam melakukan aktivitas bisnis tersebut, perusahaan menghadapi risiko yang berkaitan dengan aktivitas tersebut. Karena itu risiko semacam itu tidak bisa dihindari.



3.      Penahanan Risiko
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahan menanggung sendiri risiko yang muncul (menahan risiko tersebut atau risk retention). Jika risiko benar-benar terjadi, perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung risiko tersebut.
Contoh taksi PT Kelana pada bagian awal bab ini menunjukkan bahwa PT Kelana memilih untuk menahan risiko operasi kendaraannya. Dalam contoh tersebut PT Kelana secara sadar merencanakan untuk menahan risiko tersebut.
a. Penahanan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan
Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan tidak terencana. Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk menahan sebagian atau seluruh risiko, maka perusahan tersebut menahan risiko dengan terencana. Pada situasi lain, perusahaan tidak sadar akan adanya risiko yang dihadapinya. Perusahaan tidak melakukan apa-apa. Dalam situasi tersebut perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana. Sebagai contoh, suatu perusahaan membuat produk tertentu. Tapi perusahaan tersebut tidak menyadari baha produk tersebut bisa memunculkan risiko gugatan oleh konsumen terhadap perusahaan. Perusahaan secara tidak terencana menahan risiko gugatan tersebut.
b. Pendanaan risiko yang ditahan
Risiko yang ditahan bisa didanai dan bisa juga tidak didanai. Jika perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk mendanai risiko tertentu, jika risiko tersebut muncul, maka risiko tersebut tidak di danai. Dalam beberapa situasi, alternatif tersebut merupakan pilihan yang masuk akal. Sebagai contoh, supermarket tidak mendanai risiko pencurian oleh pembeli supermarket. Supermarket tersebut beranggapan baha pencurian oleh pembeli merupakan bagian dari bisnis supermarket sehingga tidak perlu pendanaan yang khusus. Pencurian tersebut bisa dimasukkan ke dalam biaya operasional. Tetapi jika kerugian yang timbul akibat risiko tersebut sangat besar, maka perusahaan bisa mengalami kesulitan jika harus membiayai kerugian tersebut.
Dalam situasi tersebut, perusahaan bisa mendanai risiko tersebut. Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti menyisihkan dana cadangan, selfinsurance, dan captive insurers.
·         Dana Cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu. Dalam contoh di bagian awal, PT Kelana menyisihkan dana sebesar 1% dari pendapatan untuk membiayai kerugian akibat kecelakaan mobil taksinya. Yang perlu diperhatikan adalah persoalan akuntansinya, yaitu apakah memungkinkan atau tidak, jika memungkinkan bagaimana aturan dan nama rekening untuk dana cadangan kerugian semacam itu. Perusahaan bisa juga menyiapkan dana cadangan dalam bentuk memegang aset yang likuid (misal kas) yang disiapkan untuk membiayai kerugian jika risiko terjadi. Perusahaan jug abisa membangun akses ke pasar keuangan yang baik sehingga jika terjadi kerugian , perusahaan bisa memperoleh dana dari pasar keuangan, meskipun biasanya bank tidak memberikan pinjaman untuk kerugian akibat terjadinya risiko (misal akibat kebakaran)
·         Self-insurancedan Captive Insurers
Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk internal perusahan sendiri (self-insurance). Meskipun da keberatan karena istilah self-insurancedi sini tidak mengindikasikan adanya transfer risiko ke pihak luar. Risiko masih berada di perusahaan. Dengan self-insurance, perhitungan dilakukan lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan, berapa besarnya tanggungan yang bisa diberikan. Kerugian yang terjadi lebih besar dari tanggungan maksimum, bisa dialihkan ke pihak luar (misal diasuransikan). Self-insurance bisa dilakukan jika (1) eksposur di perusahaan cukup besar, sehingga skala ekonomisnya bisa tercapai, (2) Risiko bisa diprediksi dengan baik.
Captive insurer dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam perusahaan bisa diasuransikan ke captive insurer tersebut. Captive insurer tersebut juga bisa menjual asuransi ke pihak eksternal (perusahaan lain). Timbul pertanyaan apakah manfaat captive insurers semacam itu, karena risiko tidak di transfer ke pihak luar? Risiko masih di tanggung sendiri oleh perusahaannya. Ada beberapa alasan kenapa captive insurers menjadi menarik, diantaranya: (1) di beberapa negara, perlakuan pajak sedemikian  rupa sehingga mnguntungkan untuk membuat captive insurers (pajak bisa dibayarkan lebih kecil), (2) kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel karena praktis berurusan dengan pihak internal. Kadang-kadang manajer captive insurers sekaligus menjadi manajer risiko perusahaan.
Dalam hal ini, asimetri informasi dan problem keagenan yang terjadi antara pihak internal dengan eksternal bisa dihilangkan. Sebagai premi yang dibayarkan tidak akan lebih mahal dibandingkan dengan kalau membeli asuransi dari pihak luar.
4.      Pengalihan Risiko
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain (mentransfer risiko ke pihak lain). Pihak lain tersebut basanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa mendiversifikasikan risiko lebih baik, atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen risiko lebih baik. Risk transfer bisa dilakukan melalui beberapa cara :
1.)    Asuransi
Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum, khusunya untuk risiko murni (pure risk). Asuransi adalah kontrak perjanjianantara yang diasuransikan (insured) dan perusahan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.
Empat hal diperlukan dalam transaksi asuransi : (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3)tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian, seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumber daya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan.
Bisnis asuransi didasarkan pada prinsip mengumpulkan (pool) sumber daya, bukannya menggumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima oleh perusahaan asuransi, perusahaan bisa mengumpulkan sumber daya, sehingga bisa memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya. Penggabungan resiko untuk memperkecil probabilitas ketidakmampuan membayar kewajiban masyarakat hubungan yang rendah (atau negatif) sehingga risiko tersebut akan saling menghilankan. Penggabungan risiko semacam itu merupakan prinsip diversifikasi, bukannya asuransi.
Risiko yang bisa ditanggung oleh asuransi cukup beragam. Berikut ini beberapa contoh risiko-risiko tersebut: (1) Risikokecelakaankerja, (2) Risiko kematian, (3) Risiko tabungan tidak terbayar oleh bank (asuransi deposito), (4) Risiko kebakaran atau kerusakan property.
2.) Hedging
Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrument keuangan. Sebagai contoh, perusahaan Indonesia mempunyai kewajiban untuk membayar cicilan utang dalam dolar AS tiga bulan mendatang. Perusahaan tersebut menghadapi risiko turunnya nilai rupiah terhadap dolar AS, atau naiknya nilai dolar AS terhadap rupiah. Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan tersebut harus menyediakan rupiah yang lebih banyak, dan bisa menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan (ingat kasus perusahaan Indonesia yang mempunyai utang dalam dolar, kemudian bangkrut ketika rupiah jatuh nilainya terhadap dolar pada saat krisis ekonomi tahun 1997)
            Untuk menghindari risiko turunnya nilai rupiah terhadap dolar, perusahaan tersebut bisa melakukan hedging dengan beberapa cara, misal membeli kontrak (forward $ atau futures $ dengan posisi long. Forward $ atau Futures dolar merupakan instrument keuangan yang dinamakan instrument derivatif. Strukturpay-off dari instrument derivative berodolar forward atau futures $ long adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah terhadap dolar maka pemilik kontrak tersebut akan memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut bisa dipakai untuk mengkompensansi kerugian dari posisi awalnya (kewajiban untuk menyediakan dolar tiga bulan mendatang).
            Dengan demikian cara kerja hedging mirip dengan asuransi, yaitu jika kita rugi karena risiko tertentu, kita memperoleh kompensasi dari kontrak lainnya. Jika diasuransi, asuransi diberikan oleh perusahaan asuransi. Sedangkan untuk hedging dengan instrument derivatif, kompensasi diberikan oleh pihak lain (counter party) yang menjual kotrak derivatif tersebut.

3.) Incorporated
Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif transfer risiko, karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer kepihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang utang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemegang saham dan pemegang utang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang berbeda.

Pemegang utang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual, hasil penjualan asset tersebut akan diberikan kepada pemegang utang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya. Tetapi kewajiban pemegang saham tidak akan sampai pada harta pribadinya. Secara umum, mekanisme semacam itu yang terjadi, meskipun dalam situasi khusus, kewajiban pemegang saham bisasampai kekekayaan pribadinya.
4. Teknik Lainnya
Selain teknik transfer risiki yang disebutkan diatas, ada banyak teknik transfer risiko lainnya. Berikut ini bebesrapa contoh bagaimana teknik transfer risiko bisa digunakan dalam situasi tertentu. Misal perusahaan penjual computer notebook ingin menghindari risiko perusahaan kurs. Biasanya computer notebook diimpor atau banyak komponennya yang diimpor dari luar negeri. Jika harga ditetapkan dalam rupiah ,maka harga akan berfluktusi mengikuti perusahaan kurs. Jika rupiah melemah terhadap dolar, maka harga notebook akan naik, dan sebaliknya. Fluktuasi harga tersebut membuat ketidakpastian menjadi tinggi. Penjual computer notebook biasanya mentransfer risiko perusahaan kurs kepembeli dengan cara menetapkan harga notebook dalam dolar AS rupiah.
B.     Keputusan Memilih Alternatif Manajemen Risiko
Secara umum jika risiko mempunyai frekuensi yang sering dengan severity yang rendah, maka alternatif risiko ditahan merupakan alternatif yang paling optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi yang kecil tetapi mempunyai severity yang besar, maka alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi, maka perusahaan bisa berpikir untuk menghidari risiko tersebut. Tabel berikut ini meringkaskan alternatif risiko tersebut.
Tabel 13.1 AlternatifManajemenRisiko
Frekuensi (Probabilitas)
Severity (Keseriusan)
Teknik yang Dipilih
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Ditahan
Ditahan
Ditransfer
Dihindari

Beberapa ilustrasi bisa diberikan disini. Risiko kecelakaan mobil dari perspektif individu mempunyai ciri frekuensi rendah, dengan tingkat severity yang tinggi. Untuk risiko semacam itu, alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Karena itu akan lebih jika individu membeli auransi kecelakaan mobil dibandingkan menahan risiko tersebut. Risiko kebakaran atau terkena serangan badai mempunyai ciri frekuensi rendah dengan severity yang tinggi. Untuk jenis risiko tersebut, alternatif transfer risiko merupakan alternatif yang optimal.
Tentunya besar kecil severity dan frekuensi bersifat relatif, tergantung dari sudut pandang tertentu. Sebagai contoh, kerugian sebesar Rp 1 miliar bagi perusahaan kecil akan terlihat sangat besar, tetapi bagi perusahaan besar, angka tersebut merupakan angka yang kecil. Disamping itu, alternatif-alternatif tersebut tidak saling menghilangkan. Perusahaan bisa menggunakan kombinasi alternatif risiko. Sebagai contoh, perusahaan mengasuransikan kerugian dari kebakaran diatas angka Rp 1 miliar. Dibawah angka tersebut, perusahaan bersediah menanggung (menahan) risiko tersebut. Perusahaan berarti menggunakan alternatif menahan dan sekaligus mentransfer risiko.
Disamping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu dilengkapi dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan dengan alternatif-alternatif risiko seperti terlihat berikutini. Untuk alternatif menahan risiko, maka pengendalian risiko menjadi penting dilakukan. Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko, sehingga alternatif menahan risiko menjadi lebih layak. Untuk alternatif mentransfer risiko, pengendalian risiko bisa menurunkan harga  yang dibayar untuk mentransfer risiko tersebut. Sebagai contoh, perusahaan bisa mencoba mengendalikan risiko kebakaran bangunan dengan jalan memasang alarm kebakaran dan tabung pemadam kebakaran dibangunan tersebut. Jika hal tersebut dilakukan, premi untuk asuransi kebakaran bisa diturunkan. Bagian berikut ini membicarakan pengendalian risiko.
C.    Pengendalian Risiko
Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.
Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap karateristik risiko diperlukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori rantai risiko (lihat juga Bab 4 mengenai identifikasi dan pengukuran risiko).
1. Teori Domino (Heinrich, 1959)
Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan tahap seperti digambarkan dalam kartu domino berikut ini. Jika satu kartu jatuh, maka akan mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh (ingat permainan merubuhkan deretan kartu domino
Bagan 13.1 Kartu Domino
 





Lingkugan &              Kesalahan         Tindakan yang           
Bawaan                      (fault)                  ceroboh atau                 Kecelakaan                    Cedera
                                                              Fisik yang rentan
                                                              (physical hazard)
Ada lima tahap yang merupakan rangkaian kecelakaan, yaitu :
1.      Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga gampang marah)
2.      Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak menpunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu
3.      Unsafe act or physical hazard (tindakan yang berbahaya atau kondisi fisik yang berbahaya)
4.      Kecelakaan
5.      Cidera.
Sebagai contoh adalah kecelakaan kerja yang di alami seseorang. Misalkan orang itu mempunyai temperamen tinggi karena tumbuh dewasa di lingkungan keras ( factor pertama). Kemudian orang tersebut tidak mendengarkan saran orang lain atau tidak suka memperhatikan kondisi sekitarnya (factor kedua). Kemudian orang tersebut bekerja di lingkungan mesin atau bangunan yang rentan terhadap munculnya resiko kecelakaan kerja (factor ketiga). Tiga factor tersebut cukup potensial untuk memmunculkan terjadinya kecelakaan. Misalkan kecelakaan terjadi,  dan orang tersebut ( dan barangkali orang lain di sekitar) mengalami cidera.
2. Rantai Risiko (Risk Chain)
Menurut Mekhofer, 1987 ,risiko yang muncul bias di pecah kedalam beberapa komponen :
1.      Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)
2.      Lingkungan di mana hazard  tersebutberada
3.      Interaksi antara hazard  dengan lingkungan
4.      Hasil dari interaksi
5.      Konsekuensi dari hasil tersebut
Sebagai contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar  (missal kertas) terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah lingkungannya, sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan menggunakan minyak tanah meningkatkan resiko kebakaran (hazard). Interaksi antar gudang dengan kompor didalamnya akan semakin meningkatkan resiko kebakaran, sehingga suatu saat terjadi kebakaran (factor keempat). Konsekuensi dari kebakaran tersebut adalah kerugian yang sangat signifikan
Dengan melihat komponen resiko tersebut, manajer resiko bias mnegatasi resiko malalui cara menghilangkan hazard. Dalam contoh diatas, kompor minyak tanah bias di ganti dengan kompor listrik.  Lingkungan bias di buat lebih tahan terhadap munculnya resiko, misalnya dengan menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar. Dengan kompor listrik dan lingkungan yang bersih dari bahan yang mudah terbakar, interaksi antara keduanya menjadi lebih kecil kemungkinan untuk terjadi. Konsekuensi dari hasil ( kebakaran dalam hal ini ) yang berupa kerugian bias dikurangi missal dengan membuat tembok lebih tahan api., sehingga kebakaran pada ruang tersebut tidak akan mudah menjalar keruang lainnya.

3. Fokus dan Timing PengendalianResiko
            a. Focus PengendalianResiko
Pengendalian resiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan (probability), munculnya resiko dan mengurangi keseriusan (severity), konsekuensi resiko tersebut. Sebagai contoh mengganti kompor minyak tanah dengan kompor listrik bisa mengurangi kemungkinan mengurangi resiko kebakaran. Memakai peralatan pengaman selama bekerja bisa mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Sebaliknya, memasang alat pemadam kebakaran di gedung merupakan suatu usaha untuk mengirangi keseriusan resiko. Perhatikan bahwa alat pemadam kebakaran tidak mencegah terjadinya kebakaran, tetapi kebakaran bisa dengan cepat di padamkan, sehingga kerugian akibat kebakaran tersebut bisa diminimalkan. Memasang airbag  (kantong udara) di mobil merupakan contoh untuk mengurangi severity kecelakaan mobil. Perhatikan bahwa kantong udara tersebut tidak mencegah terjadinya kecelakaan.
Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplivation) merupakan dua bentuk umum metode untuk mengurangi keseriusan resiko. Contoh pemisahan adalah menyebar operasi perusahaan, sehingga jika terjadi kecelakan kerja, karyawan yang menjadi korban akan terbatas. Contoh lain ,perusahaan mempunyai aturan direktur utama dan wakil direktur tidak boleh berada pada satu pesawat terbang. Jika terjadi kecelakaan pada salah satu pesawat terbang, maka yang lain masih bisa hidup dan menggantikan yang lainnya. Duplikasi dilakukan dengan cara menyimpan produk  yang serupa atau mirip di temapat yang terpisah. Sebagai contoh, kita barangkali akan menyimpan fike  di bebrapa tempat, di hard-disk FC kita di kantor, di hard-disk note book kita , dan flash disk atau CD. Jika salah satu file mengalami kerusakan atau serangan virus, file di tempat lain masih bisa di selamatkan.
Tentunya kita bisa menggunakan metode untuk mengurangi kemungkinan munculnya resiko dengan pengurangan severity secara bersamaan. Sebagai contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih canggih dan lebih aman.Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat mal-praktik, dan juga sekaligus menurunkan severity tuntutan jika risiko gugatan terjadi.


b. Timing Pengendalian Risiko
            Dari sisitiming (waktu) , pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama, dan sesudah resiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukan timing untuk karyawanya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik untuk menghindari kecelakaan kerja. Karena aktifitas tersebut dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, maka aktivitas tersebut merupakan aktivitas sebelum resiko terjadi.
            Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat terjadinya resik. Sebagai contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan mengembang jika terjadi kecelakaan. Pengendalian resiko bisa juga di lakukan setelah resiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa mengelola analisisa dari bangunan yang terbakar, atau memperbaiki mobil.















BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.
Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap karateristik risiko diperlukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori rantai risiko (lihat juga Bab 4 mengenai identifikasi dan pengukuran risiko).














DAFTAR PUSTAKA

·         Buku Manajemen Risiko